Selasa, 29 Juli 2008

Rampung

Akhirnya khatam juga dengan Pamuknya, Puzonya, tapi Mangun Wijayanya belum

Oktari

Salah satu hal yang paling membahagiakan ku adalah saat memimpikan gadisku tersenyum padaku. Senyumnya luar biasa manis. Senyumnya mengajakku untuk kembali merindukannya.

Segera saja aku jadi rindu dengan kota W di daerah J, tempat dimana aku bersua dengannya. Ingin aku kembali kesana, melabuhkan segala cinta.

Namun, yang terucap adalah kata maaf untuk cinta yang baru belajar, cinta yang terlampau sederhana, cinta yang terlampau kecil untuk dapat mencintainya. Cintanya seperti senyum.

Ah Oktari…
Kutitipkan ciumku pada sang angin.

Ngarit Buku

Hari kemarin, sekarang, dan esok, aku masih akan mencuri buku. Salah sendiri, kau begitu mahal, malahan mau naik 60 %. Sudah untung aku mau mencurimu, itu berarti aku masih ingin membacai halaman-halaman mu. Kau itu terlampau sombong, sudah tahu jarang yang cinta pada dirimu malah mahal betul hargamu. Kau itu barang tersier, hanya orang-orang kaya saja yang dapat menikmati dirimu.

Bukannya aku tak cinta pada dirimu, malah aku telah jatuh hati. Hanya saja aku belum mampu untuk menggantimu dengan sesuap nasi. Perut masih tetap prioritasku yang nomor satu. Kau tak sepenting itu, tau!

Dan, yang menjadi penyebab generasiku menjadi generasi bodoh yang tak melek ilmu, ternyata adalah kau. Ya kau! Salah sendiri kau begitu mahal!

Sudahlah, tak perlu lagi kau banyak betingkah. Cukup diam dan pasrah saja saat aku mengambilmu. Maka, ijinkan aku mencurimu!

Pendidikan dan Kesehatan Gratis!

Abis nonton filmnya Michael Moore yang Sicko, ternyata cita-cita pendidikan dan kesehatan gratis di Indonesia bukan utopia. Hanya saja beranikah pemerintah?

Nike dan Sponsorship

Ini berita basi bukan berita baru kalau timnas mendapat sponsor apparel dari Nike. Setidaknya ada yang bisa dibanggakan dari timnas walau prestasinya masih ngos-ngosan.

Tapi, apa yang ada di dalam benak mereka, dan apakah mereka masih bisa berbangga diri bila mengetahui bahwa apparel yang mereka kenakan adalah hasil jerih payah saudara-saudara mereka yang bekerja dengan upah minimum yang tak layak, dengan kondisi lingkungan kerja yang tak nyaman, dan beberapa dari saudara-saudara mereka bahkan masih di bawah umur? Dengan kata lain masihkah mereka bisa berbangga jika yang mereka kenakan adalah hasil dari penghisapan dan eksploitasi saudara-saudara mereka?

Sepak Bola Dendam

Apakah kata memprihatinkan seperti yang sering digunakan oleh para komentator olahraga terkemuka cukup untuk menggambarkan kondisi persepakbolaan Indonesia saat ini? Apakah sepakbola yang menjunjung tinggi sportifitas telah berubah menjadi ajang pelampiasan dendam karena beban hidup yang semakin menghimpit?

Beberapa waktu yang lalu di liga medco salah satu kontingen ramai-ramai menghajar wasit yang dituding berat sebelah, padahal mereka adalah anak-anak muda yang baru berusia di bawah 15 tahun. Baru-baru ini, wasit juga turut menjadi korban amuk pemain dari salah satu kontingen PON.

Pasal hajar menghajar wasit ini bukanlah sebuah persoalan baru, namun pelaku dan korbannya seperti tak pernah jera untuk menghajar dan dihajar.

Sistem persepak bolaan kita memang ruwet, tak bisa dibandingkan dengan Liga Inggris contohnya. Di sini, sepakbola baru menjadi sekedar hobi, belum industri. Sistem yang mendukung pun sistem hobi suka-suka saja. Karena sistem yang suka-suka itulah para pelakunya menjadi semena-mena.

Negeri ini mengidap virus instanisme. Sukanya yang serba cepat dan praktis. Tim mau juara solusinya asal main kirim ke luar negeri. Padahal cara ini mendapat kritik keras dari Poppe de Hand, pelatih yang berhasil membawa Belanda juara dunia untuk usia U-23. Kalau kita mau jadi juara, lebih baik mempersiapkan tim secara matang baik fisik maupun mental dengan melakukan pembinaan pemain muda yang berkualitas dan memperbanyak kompetisi yang juga berkualitas untuk berbagai kelompok umur. Hal-hal tersebut jauh lebih baik daripada menghambur-hamburkan uang dengan mengirim tim ke luar negeri.

Padahal negeri ini di anugerahi berjuta-juta bibit pemain muda potensial, sayangnya anugerah itu tidak di imbangi dengan pembinaan yang mumpuni. Bayangkan anak usia di bawah 15 sudah berani menghajar wasit, jelas ada yang rusak dalam sistem pembinaan pemain muda. Mungkin sudah saatnya jasa-jasa psikolog mulai diperkenalkan dalam pembinaan pemain agar pemain dapat menjadi sosok yang setidaknya dapat menghargai wasit dan dapat menerima kekalahan.

Jumat, 18 Juli 2008

Kawan Lama, Kawan Baru

Kemarin berkumpul di suatu ruang di bawah jembatan bertemu dengan kawan lama dan kawan baru.

Ada Zaky dan Xavier juga Marie(sorry if i misstype your name) dari LIP dan Mbak Reni dari Garasi.

Melebarkan sayap hati dengan lima huruf.

Selamat datang dalam dunia kecil yang penuh makna, kawan.

Be Kind, Rewind



Wehehehei, Jack Black memang gila!!

Nonton ni film karena temenku dari Prancis bilang "it is nice" jadi ya coba aja nonton.

Film yang salah satu pemeran utamanya Jack Black bertutur tentang "kehidupan" di sebuah rental video (VHS). Suatu saat si pemilik rental harus berpergian demi menyelamatkan toko rentalnya yang akan digusur. Dia lantas menitipkan tokonya kepada anaknya, Mike. Namun bencana terjadi saat sahabat Mike, Jerry (Black), yang "terkontaminasi" arus listrik berubah menjadi magnet berjalan dan menghapus semua film yang ada di kaset video. Mereka berdua lalu berusaha membuat ulang film-film tersebut dengan gaya mereka sendiri.

Film ni tipikal filmnya Jack Black yang agak gila-gila gimana gitu. Ancur! Ngakak abis! gENREnya mungkin komedi, tapi bukan sembarang komedi yang disajikan di film ini. Komedinya cenderung cerdas dan berbobot. Lawak dan ancuran-ancuran ala Jack Black di balut dengan pesan-pesan seputar livin' the dreams, trust, juga faith. Asyik punya lah!

Rabu, 16 Juli 2008

mengaji...(meminjam istilah Gus Muh dan Mas Fayyadl

Kemarin-kemarin mencoba kembali mengaji Hatta, Gorky, Ruth Benedict, dan Pamuk. Yang belum kHatam, Pamuk, terlampau mudah terlelap saat mengaji Pamuk yang "Red". Besok-besok mencoba mengaji Marquez, Voltaire, Marx, Dan mungkin Sartre. Semoga bisa menang bergelut! Aaiiaaaa!!!

Selasa, 08 Juli 2008

...

If u understand/ what I feel 4 u
U don’t have 2 worry/ n that things I do
If u reads my mind/ words that I can say
N u know the answer/ the reason why I stay
If u understand/ why the sky get blue
N it is so easy/ 2 b a … two
But it ain’t so much/ that u never know
But I keep on trying/ love can make it grow

mmm... ni adalah sepenggal lirik dari sebuah lagu barat lama. Memang lirik ni ga' lengkap dan aku miss di beberapa bagian. Plus, judulnya aja aku ga' tau. PARAH!!!
Tapi sumpah ni lagu ok punya, jadinya aku tampilin di sini buat inspirasi-inspirasi gila lain yang mo nyelonong lewat.
Butewe, lo da yang tau judulnya yah...

Jika...

jika gadismu…
tak berambut lurus
tak berponi
tak bergaya harajuku
tak berwarna

tak berbaju ketat
tak memakai cardigan
tak mengenakan legging
dan tak ber-hot pants

tak beraroma paris
sialnya bermuka delman
celakanya bermulut besar

masihkah kau mencintainya?

Kurcaci

Kata-kata adalah kurcaci yang muncul tengah malam
dan ia bukan pertapa suci yang kebal terhadap godaan.

Kurcaci merubung tubuhnya yang berlumuran darah
sementara pena yang dihunusnya belum mau patah.

(Joko Pinurbo:1998)

Saat Kehabisan Waktu

Aku benar-benar merasa kesulitan untuk berdamai dengan waktu. Sang waktu menjadi teramat kikir, dia berlari sangat cepat hingga aku kesulitan untuk mengejarnya.

Benar-benar waktu yang ada tidak mencukupi untuk ku bergembira. Membaca buku, menonton film, dan menulis menjadi musuh sang waktu yang teramat hebat. Ia tak memberikan kelonggaran, ia mencekik dengan hebat. Aku kesulitan untuk bernafas.

Waktu berlaku tak adil. Aku iri dengan Will Hunting, Hatta, Rosihan Anwar bahkan dengan sahabatku Unggul. Mereka di cintai waktu. Bukan! Mereka adalah anak-anak sang waktu. Mereka dapat membaca, menulis, dengan keleluasaan yang luar biasa.

Will Hunting membaca buku-buku luar biasa dalam waktu tidurnya. Hatta, mulai jam 8 malam hingga larut malam, menggulati buku-bukunya. Rosihan Anwar melahap 3-4 buku dalam waktu 1 minggu. Dan, Unggul, menghabiskan 500 halaman buku dalam 1 malam.

Wahai sang waktu! Sungguh aku iri dengan mereka! kenapa tak kau jadikan aku buah dari rahimmu? Keparat kau waktu!

Tim Sepak Bola Saya…

Tim sepak bola saya sungguh aneh dan lucu benar. Tim saya ini jarang memperoleh kemenangan saat bertanding. Sebagian besar hasil pertandingannya di akhiri dengan kekalahan atau menerima hasil seri.

Maklumlah, bukannya mencoba mencari-cari alasan untuk kelemahan tim saya, tim saya ini jelas bukan tim professional, kami hanyalah tim “senang-senang”. Bermodalkan semangat baja yang baru saja dilumerkan alias panas membara, kami menyewa salah satu lapangan sepak bola terbaik di kota meski dengan harga yang terasa mencekik saat iuran bulanan tak berjalan seperti yang diharapkan.

Ah! Dasar kawan-kawan…

Komposisi pemain kami juga sangat beragam, ada yang mantan pemain hebat, ada yang sedang bermimpi untuk menjadi pemain hebat, ada juga yang sedang belajar bermain bola, ada juga yang tidak bisa bermain bola tapi tidak sadar. Parah! Yang penting semangat!

Dengan komposisi yang seperti itu, silahkan dibayangkan betapa sulitnya mereguk kemenangan (saat yang hebat melangkah keluar dan yang sedang belajar melangkah masuk). Selain karena keberagaman kemampuan, kami juga memiliki prinsip yang penting semua main untuk merasakan kegetiran kekalahan.
Banyak gunjingan, keluhan, bahkan makian setelah pertandingan, namun kami harus siap menerima kekalahan.

Saking seringnya kalah, tanpa disadari kami menjadi tim yang terpaksa untuk menerima kekalahan dengan hati yang lapang—semoga menjadi terbiasa. Bagi kami, kemenangan, saat itu, bukanlah tujuan utama bermain bola. Perasaan bahagia sang pemenang teratasi dengan perasaan persaudaraan dan rasa saling berbagi sekaligus memiliki yang menyelimuti kami. Asalkan masih bisa bermain bola bersama, saling bersenda gurau, saling mengejek satu sama lain, hati kami masih akan tersenyum bersama-sama, walaupun sekali lagi kami kalah. ‘)

Perasaan peraudaraan dan persahabatan yang mengatasi kemenangan inilah yang tetap berusaha kami pelihara sampai kapanpun.

Namun Sang Maha Adil nampaknya mempunyai rencana yang lain. Setelah berusaha keras selama dua tahun lebih, akhirnya angin kemenangan berhembus juga. Bahkan kami berencana untuk bertarung di kancah kompetisi yang lebih serius. Kami sedang berusaha menciptakan peluang itu. Doakan saja!

Cukup seriusnya! Yah itulah kami!

Akhir kata, dengan sedikit “HAHA” di sana dan “HIHI” di sini, semua permasalahan akan terasa manis dan lucu, seperti arum manis di sekatenan.